Merti Dusun / Bersih Desa di Gunung Kidul

Upacara Merti Dusun di dusun Pucung, Planjan, Kecamatan Saptosari, Gunung Kidul, Yogjakarta pada hari Rabu Pon, 17 Mei 2023 malam itu menghadirkan hiburan wayang kulit yang diselingi dengan hiburan campur sari. Acara rosulan (demikian warga setempat menyebutnya) adalah bentuk syukur warga untuk memperingati hari jadi dusun. Menurut bapak Suwarman, seorang pensiunan guru SMPN 4 Yogjakarta dan telah menetap di Sleman, setiap kali ada acara seperti ini selalu menyempatkan diri untuk pulang. Istilah rosulan menurut dugaan bapak Suwarman mengacu pada acara yang diselenggarakan oleh kesultanan Ngayogjakarta Hadiningrat setiap tanggal 1 Suro, yaitu acara memperingati maulid rosul / nabi  Muhammad sehingga hajatan pada malam 1 Suro dikenal dengan istilah rosulan. Penentuan pelaksanaan acara bersih desa ini mengacu pada kalendar Jawa yang berpatokan pada Sapta Wara (siklus 7 hari) dan Panca Wara (siklus 5 hari) yaitu pada hari Rabu Pon, sehingga tanggal acara ini jika dilihat pada kalendar masehi / nasional tidak jatuh pada tanggal dan bulan yang sama tiap tahunnya. 

Bagi warga setempat, acara rosulan ini merupakan momen untuk bertemu dengan orang tua, sanak saudara maupun teman-teman yang telah pergi merantau ke kota lain. Salah seorang warga yang bernama Widya Harsana, yang telah merantau dan menetap di Bali sejak puluhan tahun lalu, memilih waktu untuk mengunjungi orang tua bersamaan dengan waktu pelaksanaan acara bersih desa ini. Demikian juga teman-teman masa kecilnya yang merantau ke berbagai daerah di Jakarta, Kalimantan, Sumatera dan sebagainya rata-rata menyempatkan diri pulang pada momen acara ini sehingga dapat bertemu orang tua sekaligus teman-teman masa kecil untuk melepas kangen. 

Acara Merti Dusun / Bersih Desa / Rosulan ini dilaksanakan secara gotong royong baik tenaga maupun biaya. Warga urunan biaya yang telah ditentukan bersama, biasanya berkisar Rp 100.000,-/keluarga, sementara bagi mereka yang memiliki kemampuan ekonomi lebih, biasanya memberi lebih banyak sebagai donatur.  Acara dimulai dengan ritual berdoa bersama yang mengambil tempat di bawah kerindangan sebuah pohon besar sebagai titik kumpul yang berdasarkan cerita yang diwariskan secara turun temurun merupakan pohon pertama yang ditanam oleh tetua dusun saat pertama kali membuka hutan untuk dipilih sebagai tempat pemukiman. Pohon ini adalah cikal-bakal dan penanda jejak keberadaan dusun Pucung. Warga membawa makanan dari rumah masing-masing yang kemudian dikumpulkan. Selesai doa bersama selesai, makanan yang terkumpul dimakan bersama / dibagikan / dibawa pulang sebagai berkat oleh warga dan tamu undangan dari dusun tetangga. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Tradisional Sunda