Nikita VS HRS, Pertarungan Dua Simbol

Beberapa hari ini nama Nikita Mirzani (NM) banyak berseliweran di media sosial. Bukan hal yang aneh sih sebenarnya karena Nikita Mirzani adalah seorang publik figure. Polah tingkahnya tentu mengandung unsur yang "menjual" untuk diberitakan. Namun jika sebelumnya berita-berita tentang Nikita hanya yang "ringan-ringan" saja seputar kegiatannya sebagai seorang artis dengan segala kontroversinya, kali ini viral Nikita sedikit berbeda karena "lawan seteru"nya kali ini adalah Muhammad Rizieq Shihab, yang lebih populer dengan nama Habib Riziek Shihab (HRS), salah seorang tokoh agama dengan banyak pengikut militan.


Bermula dari IG Story NM yang mengatakan bahwa HRS dulunya adalah seorang tukang obat, yang kemudian dinilai oleh Habib Alwi simpatisan pihak HRS bahwa pernyataan tersebut bermakna penghinaan sehingga menuntuk NK untuk meminta maaf dan mengancam akan melaporkan NM ke polisi. Selain Habib Alwi, Ustaz Maaher At-Thuwailibi bahkan mengancam akan membawa 800 laskar pembela ulama untuk mengepung rumah NK. 
Tak perlu menunggu lama, kasus inipun segera menjadi trending di media sosial dan mengundang banyak pengguna untuk ikut berkomentar, tak sedikit yang mendukung Nikita.

Harus diakui apa yang dilakukan Nikita yang secara terang-terangan "melawan" HRS menemukan momentum yang tepat. Nikita mewakili suara hati masyarakat yang tidak tersalurkan melihat negara seolah-olah membiarkan arogansi kelompok tertentu yang secara terang-terangan "menyerang" pemerintah / kelompok lain, baik langsung maupun tidak langsung. Maka "pertarungan" antara NM melawan HRS sesungguhnya merupakan pertarungan dua simbol. 

Yang sungguh menjadi fenomena yang menarik adalah bahwa dalam pertarungan 2 simbol, biasanya posisi selalu jelas: hitam melawan putih, kebaikan melawan kejahatan, pemerintah lawan oposisi, dan sebagainya. Namun dalam hal pertarungan NM vs HRS pengelompokan tidak serta merta demikian. 

HRS yang merupakan seorang ulama bagi para jemaahnya sepatutnya mewakili kelompok "putih" dan "suci", sementara NM adalah seorang artis yang sering dikonotasikan dengan dunia "hitam". Namun pada kenyataannya ada anomali terkait stigma personal mereka. HRS adalah ulama yang dalam ceramahnya kerap berkata kasar penuh caci maki. bahkan beberapa kali mencemooh ulama lain. HRS sering berurusan dengan pihak kepolisian sebagai terlapor, salah satu kasus yang menghebohkan adalah dugaan kasus chat mesum/pornografi. Sementara NM seorang artis yang jauh dari image suci, justeru sering membantu orang-orang yang sedang kesusahan. Dalam jumlah yang tidak sedikit, sebagian penghasilannya disisihkan untuk membantu sesama. NM adalah "pahlawan" bagi orang-orang tertentu. 

"Pertarungan" NM VS HRS menemukan momentum yang pas ketika banyak masyarakat yang telah lama menanti tindakan pemerintah yang seolah mendiamkan arogansi HRS yang seringkali membuat ketidaknyamanan bagi sebagian masyarakat, seperti sambutan para penggemar HRS yang datang berbondong-bondong ke bandara sehingga menimbulkan kemacetan luar biasa dan menyebabkan kemacetan total karena para penyambut memarkir kendaraannya di dalam jalan tol menuju bandara sehingga mengganggu arus lalu-lintas dari dan ke bandara. Tak terhitung banyaknya penumpang yang ketinggalan pesawat,  belum lagi terganggunya jadwal penerbangan reguler. Keberanian seorang NM melawan HRS banyak mendapat dukungan masyarakat yang geram dengan diamnya pemerintah selama ini.  



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Tradisional Sunda