Minum Tanpa Sedotan

Sebuah posting di group Facebook Ubud Community tentang seseorang yang tidak mau menggunakan sedotan pakai-ulang, baik itu yang terbuat dari kaca, stainless steel maupun dari bambu karena khawatir akan kebersihan (akibat cara mencuci yang kurang benar) banyak mendapat tanggapan. Ada yang menyatakan bahwa penggunaan sedotan pakai-ulang sangatlah baik karena dapat mengurangi penggunaan sedotan plastik sekali pakai dimana limbahnya akan menjadi masalah bagi lingkungan. Namun jika dia meragukan kebersihannya, disarankan untuk membawa sedotan pakai-ulangnya sendiri sehingga dia tak perlu ragu akan kebersihannya.


Sedotan pakai-ulang saat ini sedang populer, khususnya di Ubud, seiring dengan peningkatan kesadaran akan bahaya sampah plastik sedotan yang pada akhirnya akan berakhir di laut lepas. Sebuah video seekor kura-kura dengan sedotan plastik yang terperangkap di hidungnya telah banyak membuka mata pemirsa bahwa walau nampak sepele bagi kita, ternyata sebuah sedotan plastik sepanjang 15 cm bisa amat sangat berbahaya bagi makhluk di laut lepas. Belum lagi kabar tentang kematian seekor ikan paus yang bangkainya terdampar di perairan Wakatobi. Setelah dilakukan pembedahan, dalam perutnya ditemukan aneka sampah plastik seberat 5,9 kilogram. Ada dugaan bahwa ikan paus ini mati akibat sampah plastik yang termakan olehnya dan tidak bisa dicerna di dalam tubuhnya. Dua buah berita ini tentu layaknya sebuah horor yang sangat mengerikan bagi para pecinta lingkungan.
Penggunakan sedotan pakai-ulang terus disarankan oleh para pemerhati lingkungan. Ini adalah sebuah gerakan yang sangat baik, setidaknya (diharapkan) bisa untuk mengurangi penggunaan sedotan sekali pakai. Namun demikian, sebaiknya kampanye ini hendaknya diikuti dengan kampanye ke tahap yang lebih dalam lagi, yaitu kepada kampanye untuk tidak memakai sedotan sama sekali. Kampanye ini menyasar kepada hal yang lebih mendasar yaitu merubah mindset atau pola pikir, bahwa sesungguhnya kita tidak memerlukan sedotan!

Selama ini penggunakan sedotan (terutama ketika minum di warung, restaurant, kafe dan sebagainya) seolah menjadi keharusan karena di benak banyak orang telah tertanam sebuah pola pikir demikian. Ketika kita memesan segelas es teh di warung, tanpa diminta, biasanya langsung diberi sedotan, demikian juga ketika kita membeli minuman dalam botol, secara otomatis ada sedotan yang disertakan. Padahal tidak selalu kita memerlukan sedotan. Nah, pola pikir seperti inilah yang mesti kita rubah.

Berdasarkan data BPS, jumlah murid setingkat SMP dan SMA pada tahun 2016/2017 di Indonesia ada 14.352.684. Jika kita asumsikan 25% saja dari mereka membeli minuman dengan paket satu sedotan plastik, maka setiap hari akan ada 3.558.171 sampah sedotan plastik. Belum ditambah dengan para murid setingkat SD, mahasiswa, para pekerja kantoran, karyawan pabrik, pegawai negeri dan sebagainya, tentu bisa dibayangkan berapa banyak sampah sedotan plastik yang dibuang setiap harinya. 

Jika saja dari kita semua merubah pola pikir kita bahwa kita tidak perlu sedotan untuk minum, maka tidak perlu lagi kita repot-repot mencari pengganti sedotan plastik dengan sedotan ramah lingkungan maupun sedotan pakai-ulang yang tidak praktis dan tidak murah juga. Merubah pola pikir, jika berhasil, akan jauh memberikan dampak yang lebih signifikan dalam mengurangi atau bahkan mediadakan penggunaan sedotan plastik.

Kampanye "Kita Tidak Perlu Sedotan" pastinya lebih didukung oleh para pedagang yang terbiasa menyediakan sedotan, seperti warung soto, bakso dan sebagainya dibanding kampanye mengganti sedotan plastik dengan sedotan pakai-ulang dari bahan yang bisa dicuci seperti sedotan dari kaca, stainless steel maupun sedotan bambu yang harganya tidak murah / tidak ekonomis bagi warung-warung kecil. Karena kampanye "Kita Tidak Perlu Sedotan" tentu mengurangi pengeluaran warung karena mereka tidak perlu beli sedotan lagi dibanding dengan kampanye ganti sedotan plastik, dimana mereka harus menyediakan sejumlah dana tambahan untuk membeli sedotan pakai-ulang.

Diperlukan figur idola para remaja untuk menjadi duta kampanye "Kita Tidak Perlu Sedotan". Pembuatan video, poster dan media lainnya diperlukan. Penggunaan tagline seperti "Lebih Keren Minum Tanpa Sedotan" dan sebagainya dengan poster para idola yang sedang minum tanpa sedotan tentu akan mempengaruhi mindset para remaja. Pemilihan figur disesuaikan dengan target kampanye yang akan disasar, seperti untuk para murid SD, untuk para karyawan, pegawai dan sebagainya.

Jika mindset bahwa "kita tidak perlu sedotan terbentuk", maka kita tidak lagi bergantung dengan sedotan, kehadirannya tidak lagi diperlukan dan hal ini tentu akan mengurangi limbah sampah dari sedotan plastik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Tradisional Sunda