Tumpek Wariga

"Kaki-kaki tiang mepengarah malih 25 dina Galungan, mabuah apang nged, nged, nged, nged ... " adalah  sepenggal doa / mantra yang diucapkan kala
umat Hindu Bali menghaturkan sesajen disaat Tumpek Wariga sambil mengetuk-ngetuk pepohonan yang diupacarai. Secara harfiah arti dari mantra diatas adalah: "Kakek ... kakek ...  saya memberitahu bahwa hari Raya Galungan tinggal 25 hari lagi, berbuahlah yang lebat."

Penyebutan 'kakek' untuk pepohonan merupakan panggilan untuk memuliakan dan penghormatan kepada sesuatu yang lebih tua umurnya, hal ini dikarenakan tentu pepohonan telah lebih dulu ada sebelum manusia). Mantra tersebut termasuk mantra sesontengan (yang bermakna kiasan) yang selalu diucapkan pada saat mempersembahkan sesajen dan telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Hindu Bali walau pengucapannya mungkin tidak sama persis antara satu desa dengan desa lainnya.

Tumpek Wariga sering disebut juga dengan Tumpek Pengatag / Tumpek Uduh / Tumpek Pengarah / Tumpek Bubuh. Diperingati setiap 210 hari sekali berdasarkan hitungan dalam kalendar penanggalan Bali, pada hari ini merupakan hari turunnya Sanghyang Sangkara, manifestasi Tuhan sebagai sang pemelihara yang menjaga keselamatan hidup segala tumbuh-tumbuhan. Upacara ini merupakan ucapan syukur atas buah-buahan yang dihasilkan oleh pepohonan yang telah ditanam dan dipelihara.

Tumpek beasal dari kata Tumampek, yaitu mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta dengan jalan mensyukuri segala ciptaannya baik secara langsung maupun tidak langsung.  Pengatag berasal dari kata atag, artinya memanggil. Disebut demikian karena pada hari ini umat Hindhu di Bali memerintahkan atau memohon dengan cara memanggil (mengetuk-ngetukkan tangan pada batang pohon) agar pohon-pohon mau berbuah lebat.

Disebut Tumpek Wariga karena upacara ini jatuh pada hari Saniscara Kliwon Wariga. Disebut juga Tumpek Bubuh, karena saat itu dihaturkan bubur sumsum yang terbuat dari tepung. Disebut Tumpek Pangatag, karena mantra yang digunakan untuk mengupacarai tumbuhan disertai dengan prosesi ngatag, atau menggetok-getok batang tumbuhan yang diupacarai.

_____________________
diolah dari berbagai sumber.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Tradisional Sunda