Generasi Yang Menolak Untuk Komit

Tidak menikah, tidak punya anak dan tidak memiliki rencana karir

Sebuah artikel yang ditulis oleh Marianne Power untuk koran Daily Mail di Inggris cukup menarik untuk disimak, meskipun fenomena yang terjadi di Inggris tidak/ belum terjadi di Indonesia, namun trend yang mirip mungkin saja akan terjadi di Indonesia
pada generasi berikutnya.

Peter Pan Generation  adalah julukan bagi orang dewasa dengan rentang usia 25 hingga 40 tahun yang tetap lajang, menghindari "jebakan" tanggung jawab pernikahan; cicilan rumah dan anak. "Masyarakat kita penuh dengan laki-laki dan perempuan yang nyaman hingga akhir masa lajangnya." kata Profesor Frank Furedi, seorang sosiolog dari Universita Kent yang mengamati fenomena ini.

Kata lain yang digunakan untuk menjelaskan keberadaan para lajang ini adalah 'adultescent', yaitu seseorang yang menolak untuk berkomitmen dan membentuk rumah tangga, dan lebih suka untuk menikmati kesendiriannya hingga usia paruh baya.  Orang-orang ini, mungkin tinggal bersama orang tua hingga usia mereka 30an, menunda pernikahan bahkan tidak menikah, tetap menjalani gaya hidup seperti ketika berusia 20an.

Kecenderungan ini bisa kita lihat berdasarkan data statistik berikut. Tahun 1970an, seorang pria menikah pada usia 24 dan wanita menikah pada usia 22. Saat ini, rerata pria menikah saat umur 32 tahun dan 30 tahun untuk kaum perempuan. Bahkan beberapa malah memutuskan untuk tidak menikah sama sekali, sebagaimana rilis yang dikeluarkan oleh Kantor Statistik Nasional akhir tahun 2011, lebih dari separuh wanita dibawah 50 tahun tidak pernah menikah sama sekali, meningkat dua ratus persen dibanding data statistik 30 tahun yang lalu.

Pada tahun 80an, komitmen individu untuk memiliki rumah diusia 29 tahun, sementara saat ini mulai usia 38 tahun. Diprediksi, tahun 2025, rerata umur individu yang membeli rumah pertama kali disaat usia mereka 41 tahun. Mengapa hal ini bisa terjadi?! Mungkinkah situasi perekonomian yang menjadi penyebabnya?! Karena saat ini, membeli rumah lebih sulit dibanding dimasa lalu?!

"Ada faktor psikologis yang lebih besar dari sekedar faktor ekonomi, dan akar dari penolakan untuk bertumbuh adalah kecemasan." kata Frank Furedi. "Banyak orang cemas memikirkan diri mereka sendiri. Mereka tidak melihat sesuatu yang menyenangkan tumbuh menjadi orang dewasa. Semua nilai-nilai kultural ada pada masa muda dan semakin kita bertumbuh menjadi dewasa kita semakin cemas dan gelisah." tambahnya.    

Trend orang dewasa yang membaca buku yang sesungguhnya diperuntukkan bagi anak-anak dan remaja, (seperti Harry Potter, Hunger Games dan Twilight), kepopuleran film kartun seperti the Simpsons dan meningkatnya orang dewasa yang bermain game di komputer adalah gejala dari keinginan untuk menghindari masa dewasa.

Frank Furedi menyatakan: "Orang-orang meyakinkan dirinya sendiri bahwa kelakuan kekanak-kanakan adalah suatu upaya untuk menjadi acuh padahal sesungguhnya itu lahir dari kecemasan. Kita sekarang berada dalam situasi dimana orang takut akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi masa depan dan tidak berani mengambil resiko untuk tinggal di luar rumah orang tua atau bahkan takut jatuh cinta. Mereka menghindari atau berpikir untuk menunda membuat komitmen karena takut gagal."   



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Tradisional Sunda